Tuesday, March 21, 2017

Wanita Kuat & Tegar



Siang tadi seperti biasa saya order go-food pas lagi nungguin kayla terapi. Sengaja saya order dari sebelum jam makan siang karena sebelum2nya ditempat makanan yg saya order antriannya panjang, kasihan juga ke driver-nya kalo mesti antri lama.

Saya dapat driver cewek, biasa sih sudah beberapa kali ketemu kalo go-food & go-send bagi cewek lebih aman dari pada mesti go-ride. 

Drivernya namanya Ana dan seperti bisa mereka juga mastiin dulu pesanannya karena resiko di go-food lebih tinggi karena mereka harus nalangin dulu, dari beberapa cerita di medsos kasian juga mereka sudah nalangi terus ditengah jalan di-cancel apalagi kalo orderan sudah dibayar di resto-nya dan ga bisa dibalikin.... tega yah ada customer yang gitu... apalagi kalo orderan besar lagi....

Ok balik lagi ke Ana, saya tracking posisinya dia karena kasian juga kalo salah ambil jalan apalagi harus muter jauh, bukan dalam artian cerewet sih biar sama2 saya dapat makanannya cepat dan mereka juga ga perlu muter2 buat cari jalan. Karena ga semua driver itu ngerti peta, tau jalan dan suka nanya.

Pas akhirnya ketemu, jam 12 siang yang sedang panas2nya, saya liat dia bawa anak laki2 kecil 5-6tahunan gitu, saya biasanya nyiapin tips 5rb, dan saya sempat terdiam karena pas saya keluar ga bawa dompet lagi. 

Duh... miris ya, saya sebagai ibu yang juga sering tanpa ada pembantu dan tidak bisa ninggalin rumah tanpa membawa kayla jadi sedih.

Berat banget perjuangan ibu maupun single mother yang dibawah garis kemiskinan mesti bekerja dan harus membawa anak kemana2 : panas, hujan bahkan dengan posisi yang tidak nyaman baik bagi si ibu maupun si anak.

Tidak ada keluarga maupun sanak saudara yang bisa dititipkan anak2 kita bahkan tidak bisa membiayai day care untuk sekedar si anak mendapatkan tempat dan pendidikan yang nyaman.

Beberapa waktu lalu juga sempat di medsos yang memberitakan si ibu ojek online yang membawa anaknya yang masih kecil/bayi didalam jaketnya untuk mencari nafkah.

Ibukota ini mestinya bisa menyediakan fasilitas diatas bagi ibu2 yang tidak mampu, bisa di setiap RPTRA, kantor kelurahan, kecamatan ato puskesmas. Agar ibu2 bisa tenang mencari nafkah ditengah kerasnya ibukota.

Rawamangun, 21-3-2017
Akhirnya pake tips online buat tambahan si ibu go-food

Saturday, March 4, 2017

Selfie & Wefie.....

Ok.. sekarang membahas yang baru aja berkunjung ke Jakarta, siapa lagi kalo bukan Raja Salman.... Maaf tidak saya sebutkan nama dan gelar lengkap dari pada nanti ada salah penulisan.

Untuk umur beliau yang 80-an dan tinggal dinegara yang notabene sangat islami dibandingkan dengan negara kita dan segala tingkah laku, berita dari media bahkan saya sampe kroscek dengan pemberitaan media arab, maklum kadang2 di indonesia antara berita hoax dan berita benernya beda tipis (apalagi menyangkut still picture dan bukan video).

Yang paling keliatan modernnya untuk ukuran raja yang berumur lanjut dan dari negara islam, saya fikir ada keterbatasan antara media sosial saat ini seperti : selfie, wefie bahkan vlog, TERNYATA beliau lebih gaul dari saya..... Kagum & respek apalagi saat acara yang mengumpulkan semua pemuka agama.. CATET ... semua pemuka agama dan bukan hanya islam... bahkan 6 agama diindonesia yang tadinya saya kira yang diakui hanya 5 agama.

Bagi saya, kedatangan beliau punya artinya yang sangat besar bagi kondisi Indonesia saat ini yang bukan hanya dengan istilah Pak Jokowi 'Demokrasi Kebablasan' bahkan gesekan antar agama bahkan sesama agama islam semakin besar. Dengan kedatangan beliau dan acara2 yang dilakukannya membuat mata kita terbuka bahwa TOLERANSI itu nyata bagi agama islam dan dicontohkan oleh beliau dalam kegiatan dan sumbangannya kepada masyarakat indonesia.

Balik lagi ke selfie, wefie & vlog... ya juga media sosial lainnya, terutama pendapat dari sebagian besar ulama indonesia lainnya tentang cewek2 terutama yang suka selfie, malah ada beberapa penjual online yang menampilkan model muslimah dan mukanya ditutup/diblur, padahal yang dijual baju muslimah, khimar yang sudah tertutup rapat...

Pendapat saya untuk selfie (terutama) adalah kualitas pribadi orang masing2.. saya paling tidak pede dengan selfie, untuk wefie pun karena diantara teman2 yang akan inisiatif dulu .. apalagi vlog .. bukan karena kurang percaya diri tetapi saya lebih percaya diri untuk diliat siapa saya dan karya yang sebenarnya tanpa filter tanpa camera 360 dan jarang make-up ha ha. Mengenai hal ini, jarang make-up bukan berarti tidak perawatan wajah ya... perawatan itu beda dengan make-up .. kalo make-up hanya untuk 1x tampil tapi perawatan itu untuk seumur hidup... makanya saya masih suka bengong2 kalo lagi antri dikasir ketemu cewek2 ato ibu2 yang mukanya glowing dan flawless tanpa make-up ... iri gitu ..dan saya suka yang kaya itu.

Ada temen dekat dulu yang isi hp-nya sekitar 5rb-an foto selfie... setiap hari begitu duduk dikursi, liat kaca, touch-up, set pose dan klik-klak-klik sampe akhirnya kena batunya waktu jalan2 yang mestinya diem2 ga boleh orang kantor tau.. dianya posting jadi ketauan deh gara2 ga bisa nge-rem kebiasaan selfie dan postingnya ha ha.........

-Lagi nunggu antrian facial ceritanya-

Sunday, February 26, 2017

Kegundahan Politik DKI

Saya bukan orang yang fanatik terhadap sesuatu, saya orangnya loyal dan totalitas. Bicara tentang loyalitas, mengingatkan saya pada seseorang yang mungkin saat ini sedang ramai dibicarakan sebagai salah satu paslon gubernur DKI.

Saya tidak pernah berkenalan secara pribadi juga tidak pernah bertemu ato bertatap muka secara langsung. Dari track record dan pemberitaan medialah saya akhirnya mengetahui tentang beliau. Ini bukan masalah judgement ato hanya melihat dari cover, tetapi kondisi nyatanya bahwa beliau mendukung presiden jokowi adalah hal yang benar, menjelek2an paslon presiden lain adalah dari info dari media, menjadi menteri dan diberhentikan dari kabinet jokowi adalah benar yang kemudian berpindah kiblat ke lawanan politik jokowi adalah benar.

Banyak hal2 lainnya seperti janji2 kampanye yang merupakan 'kata' media, tetapi saya hanya mencuplik apa yang menurut saya adalah benar. Bagi saya untuk berpindah dari satu pilihan ke pilihan lain dalam waktu sangat singkat, ya kalo dilihat dari proses pilgub tsb untuk pendaftaran paslon mungkin bisa dihitung dalam hitungan hari bukanlah sesuatu hal yang biasa, istilah untuk 'move on' dalam hitungan hari ..... jadi kalo kondisi ini terjadi pada beliau, saya yang sama sekali tidak mengenal dan ini bukan 'judge a book by its cover' saya menanyakan dimana loyalitas beliau sebagai seorang calon pemimpin.

Kita belum bicara kinerja, konsisten tentang janji pilkada, tetapi jika beberapa golongan besar menyebut ini bukan perjuangan politik tetapi perjuangan islam, tampilkanlah Islam yang damai, tidak memfitnah, membalas kebaikan dengan kebajikan, tidak menjelek2an orang lain, jadilah pemimpin yang amanah, berhati bersih, teduh dari segala hal kotor disekelilingnya..... 

 Dan yang lebih parah lagi yang menjadi dampak pilkada ini, seorang ustadz yang sangat dikenal berhati bersih, lurus, dan menjadi panutan masyarakat indonesia dengan tiba-tiba berbalik menjadi penyebar kebencian yang sama...  Tidak sadarkah semuanya kalo kita seperti sedang membuka topeng, menampilkan wajah asli manusia yang ambisi, serakah, penuh kebencian dan menghalalkan segala cara, hingga kalo kita meninggal pun saat ini bisa jadi tidak ada yang mau menerima jenazah kita untuk disholati hanya karena hati yang sudah membusuk oleh kebencian.

Saya bukan orang yang religius, saya percaya kekuatan doa dan hasil usaha... kalo semua doa dan permohonan kepada Allah sudah kita sampaikan juga usaha yang bersifat positif, apakah kita masih harus mendahului kehendak -Nya dengan memusuhi dan meludahi sesama muslim.

Cukup Allah yang maha tahu apa yang kita niatkan dan lakukan, juga azab yang akan ditimpakan-Nya, jangan muslim yang mengazab muslim lainnya apalagi dengan didasari kebencian.

Dan satu hal lagi yang saya baru baca tadi pagi... Jika beliau adalah orang yang islami dan mampu kenapa tidak melengkapi rukun islamnya dengan berhaji ??? banyak pertanyaan lain yang tidak terjawab diluar pertanyaan2 diatas.

----- Dalam kegundahan menatap Jakarta...

Alhamdulillah saya sudah berhaji diumur 29th, saat tsunami di aceh dan insya allah saat ini masih dalam daftar tunggu lagi utk 6-8thn kedepan.

 Saya lebih memilih jadi orang baik dari pada orang terkenal.

Saturday, February 18, 2017

Pilkada oh Pilkada

Lama ga nulis bukan karena sibuk, tapi lebih menahan diri karena suhu panas pilkada dan puteran pertama sekarang sudah selesai.

Yang mo diomongin bukan peringkat dan siapa yg kalah menang tapi betapa tahan diri dan tahan atinya ngadepin teman2 di medsos yang perang dukungan, mengkambinghitamkan sampe berita tandingan yang selalu muncul dari 2 kubu yang bersebrangan.

Tahan ati dan tahan dirinya karena akhirnya saya jadi 'mengenal' teman2 yang selama ini hanya kenal sekedarnya sampe aspirasi politik dan betapa antusias mereka mendukung sampe2 hal2 diluar batas kewajaran dan emosi sesaat keluar.

Saya sangat jarang bermain medsos, WA pun terbatas utk ibu2 arisan dan orang tua murid, ada alumni kuliahan juga yang syukurlah mereka jauh lebih dewasa dalam menggunakan group WA. FB saya hampir 3 thn terakhir jarang saya komentari, saya kunjungi pun karena games online yang levelnya terbatas di IOS dan paling update di FB jadi terpaksa setiap mo main games pasti terliat semua komentar2 tentang pilkada.

Sejak november lalu tepatnya sejak pilkada DKI memanas saya sudah mulai nge-hide kiriman2 yang ga mutu ato bernada provokatif, untuk teman2 yang ga jelas sama sekali (biasanya temennya temen) saya delete, saya memang ga frontal kayak kenalan saya yang pake kata2 'Nyet... sorry FB gw bukan tempat promosi ato provokasi paslon, jadi elu gw unfriend' tapi saya diem2 saja : hide ato unfriend, kalo mereka nanya baru saya jelasin... so far ga ada yg nanya jadi menurut gw target jumlah temen itu bukan lagi yang utama (kayak dulu pas FB lagi booming), tapi kualitas pertemanan yang gw cari.

Bicara mengenai promosi dan provokasi, lucunya mereka hanya berani memprovokasi itupun orang2 yang bersumbu pendek. coba bayangin waltu ada acara CFD yang ada menggratiskan salah satu merk roti... banyak tuh yang bilang mo boikot apalah ... mereka ga sadar komentar pada saat itu bisa jadi menjadi penilaian sendiri kualitas orang itu dan jika ternyata dia langganan lagi (karena memang sehari2 anaknya makan roti itu) apa ga dibilang menjilat ludah sendiri? 

Satu lagi contoh gara2 emosi sesaat, pas pilkada kemarin ada salah satu CEO ojek online terkenal yang menggunakan atribut salah satu paslon, eh .... dengan entengnya dia bilang juga mo boikot naik ojek itu, mo balik ojek tradisional he he dasar sumbu pendek.... besok2 ngamuk2 gara2 nawar ojek tradisional ngebandingin dg ojek online yang 5 ribuan ha ha.....

Tapi seru .... seumur hidup baru ini gw ikut2an pemilih yg aktif dan pertama kalinya paslon gw bersebrangan dengan suami, gara2 itu mesti ati2 banget ngejaga omongan dirumah jangan sampe ngebahas masalah ini karena sempat mertua juga saya omelin karena meski beliau bukan KTP DKI tapi lebih nyerocos dari penduduk asli, malahan nyuruh suami saya masuk jadi timses paslon tsb yg langsung saya tentang mati2an, karena saya tahu track record dan apa yang akan dikejar paslon tsb.

Tadinya saya berfikir untuk cepat2 melewati 15 feb, ternyata mesti menunggu lagi sampe putaran kedua... dan yang ini bikin tambah deg2an ha ha....

Sunday, January 15, 2017

Kebahagiaan vs Infrastruktur

Masih ramai diperbincangkan di medsos ataupun di ibu2 yang sedang ngumpul di tukang sayur tentang debat pertama pilkada DKI kemarin, dari masalah ranking debat, moderator, penampilan kostum, sampe jokes di medsos yang bikin saya tertawa untuk komentar2nya.

Orang Indonesia sangat kreatif dalam menciptakan hiburan dan viral di medsos meskipun tidak semuanya positif tapi inilah kadang2 yang bikin kita bahagia, seperti fenomena om telolet om beberapa waktu lalu yang intinya hal2 kecil kadang2 yang tidak kita sadari bisa membahagiakan orang lain.


Yang mo saya ceritain kali ini adalah kebutuhan fasilitas (which is infrastructure) dilingkungan saya sehari-hari yang bisa jadi tolak ukur umum di masyarakat, bagaimana masjid mo digalakan menjadi tempat ibadah kalo masjid yang ada dikuasai oleh sekelompok golongan tertentu, khawatir anak2 main akan kena tabrak motor/mobil yang lewat belum lagi para tetangga yang teriak2 kalo kaca pecah karena tendangan bola, bagaimana kita mau aman naik transportasi umum dimalam hari sedangkan disiang hari aja banyak copet berjemaah belum lagi pengemis/pembaca puisi yang suka membawa cangkul ato parang, trotoar tempat berjalan yang nyaman sehingga kita tidak khawatir harus mengempit erat tas agar tidak tersenggol bahkan dijambret oleh motor yang lewat.


Hal-hal seperti inilah yang membuat fasilitas dan infrastruktur sangat dibutuhkan agar masyarakatnya merasa aman dan nyaman bukan bahagia, karena kebahagiaan hanya kita sendiri yang menciptakan dengan cara kita menjalani hidup.



 Jakarta, 15 Jan 2017 - 08:16

 Lagi nemenin kayla mainan di RPTRA

Thursday, January 12, 2017

Ibu-ibu hebat

Mengurus anak ABK juga butuh ekstra kesabaran dan tenaga, hampir 6 bulan saya di Klaten untuk pengobatan akupuntur kayla dan ketemu dengan ibu-ibu hebat. Beberapa memang putra-putrinya ditinggal oleh asisten yang membantu keseharian anak2 tersebut bisa jadi karena alasan bekerja, ada adik ato kakak yang mesti mendapat perhatian yang sama juga ada Single mom yang terpaksa bekerja di US sebagai imigran green card dan harus menyokong kebutuhan ekonomi dengan meninggalkan si anak ditangan asisten/pendamping.

ABK bisa dibilang anak mahal, apalagi yang punya keterbatasan dalam mengkonsumsi jenis makanan dikarenakan alergi, belum lagi yang sudah beranjak dewasa tapi tidak diikuti oleh perkembangan mental si anak.

Beberapa ibu-ibu yang saya kenal dalam waktu singkat disana, bisa dikatakan membuka mata saya tentang arti sabar dan ketegaran, bagaimana men-treat anak yang tidak bisa antri, tidak bisa diam, bahkan yang rigid akan keteraturan dan kebiasaan.

Ada seorang ibu, mantan pekerja kantoran di SCBD Jakarta yang biasa sehari-hari disopirin untuk pulang pergi kantor dan tidak bisa menyetir pada awalnya, terpaksa untuk survive menyetir Klaten - Solo - Klaten yang berjarak 80 KM/PP berpacu dengan bus AKAP dan angkutan barang lainnya 5 hari/minggu untuk antar-jemput terapi dari jam 7 pagi sd. 4 sore (sama dengan kantoran juga kan jam kerjanya) dan harus meninggalkan si kakak juga yang masih sekolah di Jakarta.

Ada juga temen dekat saya yang mesti ninggalin si kakaknya di Jakarta, sementara adiknya ga brenti nanyain si kakak dan si opung karena terisolasi dari lingkungannya yang rame, sehingga selalu membuat kegaduhan biar keliatan rame dan banyak temennya.

Satu lagi temen saya yang sangat sensitif dengan semua kata hatinya yang berdampak ke hipertensi, dan gara-gara ini kita mencoba semua ramuan tradisional, buat nurunin kolesterol dan penyakit lainnya dengan semua tanaman disekitaran asrama.

Lumayan kan turun 13 poin dalam waktu 3 minggu dan sekarang lagi nunggu test ke-3

Dari sini saya mengenal daun binahong buat flu dan batuk, okra dan daun salam buat kolesterol, sampe daun jarak buat bikin mules perut,

Beberapa hari yang lalu karena krisis harga cabe yang melambung tinggi, dan Mentan menyarankan untuk mulai menanam cabe... Ternyata dibeberapa daerah dipedesaan sudah menerapkan hal ini, kalo saya mo nyambal tinggal teriak ke ibu sebelah minta cabe 3-4 biji, kadang2 saya dipanggil sama tetangga cuma gara2 abis nebang pisang kulit tipis dan dapat bagian 1 sisir, Alhamdulillah... lingkungannya disana benar2 masih asri dan peduli terutama dengan ABK sampe anak2 kecil pun disana meyadari seperti apa menerima ABK dan berdampingan dengannya.

Temen dekatnya kayla disana dijagain sama eyangnya yang sudah sepuh, kasihannya cucunya cowok lumayan aktif dan si eyang sudah terlalu sepuh buat ngikutin ritme cucunya ada juga aktifitas cucunya yang akhir dibatasi.

Ada lagi yang bikin hidup disana berwarna, dengan semua tingkah ibu-ibu yang aneh-aneh, dijatah duit belanja pas-pasan padahal biaya hidup disana sudah sangat murah. Bayangkan buat sarapan aja, kita bisa beli nasi uduk 2rb sudah ada telur, tempe orek dan bihunnya lagi, buat makan siang nasi soto 6rb itu sudah ada ayamnya, jadi kalo dijatahin uang makan pas-pasan sedangkan si anak yang tidak bisa makan sembarangan jadi kebangetan bangetkan suaminya he he... ini curhatannya dia sih...

Jadi kalo anak-anak lagi pada masuk kelas, si ibu-ibu heboh bikin acara dan nge-geng masing-masing, dan tau ga 1 hal lagi yang kadang ga masuk diakal.... beberapa dari mereka sudah melakoni hal-hal kayak gini bukan lagi 1-2 tahun, ada yang sudah belasan tahun... banyakan >5thn dan mereka betah2 aja disana... Hebat kan..........

Jakarta, 12 Jan 2017 - 16:47

Dirumah setelah inhalasi kayla yang lagi batuk kering


Wednesday, January 11, 2017

Full-time mom bukan berarti ngabisin gaji suami

Dulu ... waktu saya masih kerja dan suka makan siang di mal sama temen2, suka ngeliat ibu2 yg lagi arisan ato sambil bawa anak pulang sekolah main di mal, kita dengan jealous dan nyinyir pasti bilang, enak tuh mak2 nge-mal shopping pas suaminya lagi kerja nyari duit. Mohon maaf bagi yang tersinggung karena kita pada saat itu pada posisi yang berlawanan, dalam artian kita kerja keras cari duit dan juga kerja keras buat ngabisin ..., Work hard ... Shopping harder... 😁

Today... semenjak kayla menemukan surga baru di Chipmunks ya bisa dibilang hampir 2x seminggu mesti main disana sampe dibela2in beli paket 6 bulanan biar ngirit dan jatuhnya memang lebih murah. Biaya buat mainnya bukan sekedar tiket masuk, ada makanan, parkir yang 2-3 jam bisa 20rb-an juga makan mak-nya belum lagi kalo mak-nya kepincut mo belanja, ngopi dan kaylanya pake mampir di toko mainan.

Kadang2 saya masih mendapat pandangan yang sama dari cewek2 (standarnya yang suka kepo) yang ngeliat dari pasti punya komentar yang sama kayak saya dulu, ato mungkin ini perasaan saya aja karena karma suka ngomentarin mak2 dulu ya 😁

Btw, jadi full-time mom bukan berarti ga ada penghasilan sama sekali apalagi dijaman semua online, bisa kerja dari rumah, ga perlu jadi karyawati juga bisa punya penghasilan. Suami saya aja sampe sekarang masih suka terheran2 dengan  hal2 terkecil yang saya kerjain, kadang2 orderan yang <50rb aja dijabanin malam2 buat dianterin ke kurir biar bisa masuk pengiriman dihari yang sama dan bisa sampe buat tujuan jakarta besok harinya.

Awalnya saya mulai bersih2 semua baju terutama baju kerja yang masih bagus buat dijual online 40-100rb an lumayan loh pernah dapat sampe 12jt-an buat ngebersihin 3 lemari yang saya kumpulin dari mulai nikah sampe berhenti kerja, apalagi kalo cewek indonesia itu baju adalah hal yang mandatory yang mesti ganti2 meskipun harganya cuma 30rb-an.

 Kedua, cewek itu ada 2 tipe yang saya kenal : kolektor sepatu ato kolektor tas, dan saya adalah tipe yang pertama, koleksi saya sampe sekarang mungkin ada sekitar 200 pasang itupun ada yang belum dipake sama sekali dan rata2 belinya diluar negeri, bukan karena masalah harga tapi masalah ukuran. Sepatu cewek buatan lokal banyakan mentok di size 40 dan saya 41, walaupun akhir2 ini sudah mulai banyak produk lokal yang ngeluarin size 41 dan saya sudah telanjur jatuh cinta ke sneakers karena masalah kaki saya sudah tidak bisa kompromi lagi dengan high heels. Dan tinggal nunggu waktu buat garage sale sisa2nya.

Ok, balik lagi ke masalah ngabisin duit suami, beberapa orang dekat masih beranggapan seperti itu, padahal kalo ditotal pendapatan saya tahun 2016 kemarin yang nota bene sudah tidak bekerja sama sekali, saya masih bisa dapat nett 1/3 dari waktu saya masih kerja itupun ditambah saya cuti 5 bln dari jakarta karena fokus ke pengobatan kayla di Klaten.

Beberapa temen2 ex kantor lama yang ketemu ada yang nyindir2 jg sih, koq sudah lama ga posting jalan2 keluar negerinya biasanya jalan2 terus, saya cuma bilang lagi ga dijakarta jadi belum bisa jalan2 lama lagian tahun depan kalo kayla masuk SD sudah ga bisa bolos lama lagi kayak sekarang.

Jabatan saya sebagai direktur keuangan, merangkap manager investasi dan juga manager keuangan rumah tangga dari awal nikah yang sudah tidak diragukan suami lagi jadi beliau hanya update setiap mau lebaran aja buat update zakat emas dan laporan SPPT karena proses jual beli. Sekarang pun kalo dapat deviden dari saham BCA ato Telkom yang jumlahnya cuma buat bayar parkir ato lunch ya lumayan disyukuri untuk hal2 yang kecil.

Mungkin kebebasan financial inilah yang buat saya tidak terlalu terbebani untuk ga keluar rumah lagi, sejak 2010 kita berdua juga sudah punya komitmen untuk tidak ambil hutang jangka panjang apalagi menyangkut properti dan kendaraan, kartu kredit juga dibatasi untuk pelunasan dibulan berikutnya. Hanya ada 1 yang tersisa dikita karena masalah Car Ownership dari perusahaan yang ga bisa dilunasin sebelum waktunya jadi mudah2an agustus-2017 kita sudah ga ada hutang jangka panjang, kecuali perusahaan ngasih penawaran lagi buat COP, HOP apalah itu yang memang dari sisi ekonomisnya bagus.

Jakarta, 11 Jan 2017 - 11:21

Ngabisin waktu sambil nungguin kayla loncat2 di Chipmunks, tentunya dengan grande ice vanilla latte.